Oleh : Udo Z. Karzi
Sejumlah peninggalan sejarah di Kabupaten Tanggamus, seperti situs Batu Bedil, makam Islam kuno Wonosobo, Tugu Perjuangan Rakyat Kotaagung, Goa Jepang, dan sebagainya, luput dari perhatian pemerintah.
"Perhatian pemerintah terhadap keberadaan situs-situs ini sangat minim. Masyarakat Tanggamus seakan lupa sejarah mereka. Padahal, keberadaan situs-situs itu menjadi lambang, bahwa sejak zaman purbakala nenek moyang Tanggamus sudah berinteraksi dengan dunia luar," kata Akhmadi Sumaryanto, anggota DPRD Tanggamus, akhir pekan lalu.
Akhmadi mencontohkan situs purbakala Batu Bedil, di Dusun Batu Bedil, Pekon Batu Bedil, Kecamatan Air Naningan, yang terancam punah. Padahal, Batu Bedil adalah bukti sejarah adanya penduduk di wilayah ini pada masa lalu yang berhubungan dengan Kerajaan Sriwijaya. Di sini terdapat tiga kompleks megalitik dan prasasti Batu Bedil yang letaknya berdekatan di Pekon Batu Bedil Hulu dan Hilir, sekitar 10 menit berkendaraan ke arah utara dari gerbang kompleks Bendungan Batu Tegi. Yaitu, Komplek Batu Bedil seluas 5,6 hektare, Batu Prasasti (2,1 hektare), dan Batu Gajah (720 meter persegi).
Di kawasan situs Batu Bedil terdapat Prasasti Batu Bedil, menhir besar, sebuah lumping batu, arca Nandhi dari abad IX yang merupakan kendaraan Dewa Siwa, dan arca Ganesha yang merupakan arca Dewa Ilmu Pengetahuan (Dewa Wisnu).
"Kami mengharapkan Pemkab Tanggamus mulai mengalokasikan dana untuk merawat situs-situs bersejarah ini," kata Akhmadi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanggamus H. Bahagia Saputra, Jumat (20-2), membenarkan telantarnya keberadaan benda peninggalan sejarah di Kabupaten itu.
"Sebenarnya itu aset bagi Tanggamus, untuk menjaring wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke Tanggamus. Terutama dalam rangka Visit Lampung Years 2009 ini," kata Bahagia.
Menyinggung keberadaan makam Islam kuno Wonosobo, kata Bahagia, mulai APBD-P Tahun 2009 ini, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata akan mengusulkan anggaran untuk pembebesan lahan di sekitar makam. Kemudian, akan dilakukan pemugaran, dan pembangunan sejumlah fasilitas penunjang di sekitar taman. "Diharapkan nantinya makam Islam kuno ini akan menjadi wisata relegi," kata dia. UTI/N-1
Sumber : http://ulunlampung.blogspot.com
Sejumlah peninggalan sejarah di Kabupaten Tanggamus, seperti situs Batu Bedil, makam Islam kuno Wonosobo, Tugu Perjuangan Rakyat Kotaagung, Goa Jepang, dan sebagainya, luput dari perhatian pemerintah.
"Perhatian pemerintah terhadap keberadaan situs-situs ini sangat minim. Masyarakat Tanggamus seakan lupa sejarah mereka. Padahal, keberadaan situs-situs itu menjadi lambang, bahwa sejak zaman purbakala nenek moyang Tanggamus sudah berinteraksi dengan dunia luar," kata Akhmadi Sumaryanto, anggota DPRD Tanggamus, akhir pekan lalu.
Akhmadi mencontohkan situs purbakala Batu Bedil, di Dusun Batu Bedil, Pekon Batu Bedil, Kecamatan Air Naningan, yang terancam punah. Padahal, Batu Bedil adalah bukti sejarah adanya penduduk di wilayah ini pada masa lalu yang berhubungan dengan Kerajaan Sriwijaya. Di sini terdapat tiga kompleks megalitik dan prasasti Batu Bedil yang letaknya berdekatan di Pekon Batu Bedil Hulu dan Hilir, sekitar 10 menit berkendaraan ke arah utara dari gerbang kompleks Bendungan Batu Tegi. Yaitu, Komplek Batu Bedil seluas 5,6 hektare, Batu Prasasti (2,1 hektare), dan Batu Gajah (720 meter persegi).
Di kawasan situs Batu Bedil terdapat Prasasti Batu Bedil, menhir besar, sebuah lumping batu, arca Nandhi dari abad IX yang merupakan kendaraan Dewa Siwa, dan arca Ganesha yang merupakan arca Dewa Ilmu Pengetahuan (Dewa Wisnu).
"Kami mengharapkan Pemkab Tanggamus mulai mengalokasikan dana untuk merawat situs-situs bersejarah ini," kata Akhmadi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanggamus H. Bahagia Saputra, Jumat (20-2), membenarkan telantarnya keberadaan benda peninggalan sejarah di Kabupaten itu.
"Sebenarnya itu aset bagi Tanggamus, untuk menjaring wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke Tanggamus. Terutama dalam rangka Visit Lampung Years 2009 ini," kata Bahagia.
Menyinggung keberadaan makam Islam kuno Wonosobo, kata Bahagia, mulai APBD-P Tahun 2009 ini, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata akan mengusulkan anggaran untuk pembebesan lahan di sekitar makam. Kemudian, akan dilakukan pemugaran, dan pembangunan sejumlah fasilitas penunjang di sekitar taman. "Diharapkan nantinya makam Islam kuno ini akan menjadi wisata relegi," kata dia. UTI/N-1
Sumber : http://ulunlampung.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar