Sabtu, 20 Maret 2010

Analisis Situs Kerajaan Majapahit

Oleh : Rudi Firman Setyawana, dkk

Analisis Situs Kerajaan Majapahit dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Digital Elevation Model

Ringkasan
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia, berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga awal abad ke 6 M dan berpusat di Jawa Timur (Trowulan). Hambatan pelaksanaan penelitian arkeologi di Kerajaan Majapahit adalah: (1) Cakupan arealnya luas yaitu sebesar (9 x 11) km, (2) Ada daerah yang sulit dimasuki orang luar sebab merupakan tanah hak milik perseorangan, (3) Adanya industri bata yang cukup banyak sehingga merusak sedimentasi dan situs, (4) Artefak yang ada sudah hancur dan digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan yang lain, bahkan mungkin dijual oleh masyarakat kepada para kolektor benda-benda purbakala. Sistem informasi geogra_s (SIG) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisa situs Kerajaan Majapahit. SIG memudahkan kita dalam mengakses, menyimpan, melakukan editing dan updating data mengenai situs-situs Kerajaan Majapahit. Dalam pembuatan SIG ini menggunakan peta dasar SPOT 4, karena citra ini dapat digunakan untuk analisa permukaan dengan baik dari anomali kenampakan warna maka tutupan lahan situs Kerajaan Majapahit dapat dipetakansehingga berguna untuk untuk pembangunan situs. Hasil penelitian berupa peta tutupan lahan, SIG dan DEM (Digital Elevation Model) situs Kerajaan Majapahit. SIG ini dapat menampilkan keterangan dan foto serta sebagian dilengkapi dengan video tentang situs Kerajaan Majapahit. Dari DEM yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa sebagian besar situs-situs Majapahit berada pada daerah yang relatif datar dengan ketinggian antara 25 sampai 65 meter, namun ada salah satu situs (Tugu Lebak Jabung) yang berada pada daerah perbukitan dengan ketinggian 184 meter.

Keywords : Situs Kerajaan Majapahit, Sistem Informasi Geogra_s, Digital Elevation Model

1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang
Indonesia, berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga awal abad ke 16 M dan berpusat di Jawa Timur (Trowulan). Kerajaan ini pernah menguasai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, dan banyak wilayah lain di Nusantara. Majapahit dapat dikatakan sebagai kerajaan terbesar di antara kerajaan Hindu-Buddha.

Beralihnya sawah menjadi areal permukiman akan menghilangkan tanda keberadaan suatu situs kuno. Tinjauan dari sudut arkeologi hal ini merupakan kerugian besar, sebab informasi yang menyangkut data kekunoan masa Hindu-Budha yang berkaitan dengan tata ruang pemukimanjaman Majapahit akan lenyap, di lain pihak data tentang kerajaan ini di Indonesia sangat kurang, sebab sebagian besar penelitian dilakukan oleh bangsa Belanda saat menjajah Indonesia.

Hambatan pelaksanaan penelitian arkeologi di Kerajaan Majapahit adalah:
(1) Cakupan arealnya luas yaitu sebesar (9 x 11) km,
(2) Ada daerah yang sulit dimasuki orang luar sebab merupakan tanah hak milik perseorangan,
(3) Adanya industri bata yang cukup banyak sehingga merusak sedimentasi dan situs,
(4) Artefak yang ada sudah hancur dan digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan yang lain, bahkan mungkin oleh masyarakat dijual kepada para kolektor benda-benda purbakala.

Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin cepat memberikan solusi tersendiri dalam pemecahan masalah pemetaan permukaan bumi. Salah satunya dilakukan dengan menggunakan satelit SPOT 4. Dalam penelitian ini menggunakan citra satelit SPOT 4 karena beberapa hal seperti :

1. Dengan citra SPOT 4 analisa permukaan yang menutupi situs Kerajaan Majapahit dapat diidenti_kasi dengan baik dari anomali kenampakan warna yang ada pada citra.
2. Citra satelit SPOT 4 mempunyai ketelitian yang cukup baik sehingga masih dimungkinkan untuk digunakan dalam penelitian arkeologis sebab biasanya penelitian arkeologi di luar negeri menggunakan citra Landsat TM+7.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan SIG dan aplikasi ekstensi 3D Analyst pada software ArcGIS 9.2 untuk situasi lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit.
2. Menyajikan peta tutupan lahan dan peta situs Kerajaan Majapahit.
3. Mempresentasikan DEM lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit yang sesuai dengan kaidah kartogra_s.
4. Memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan software ArcGis 9.2 dalam pembuatan
peta situs Kerajaan Majapahit.

1.3 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas perumusan masalah yang didapat yaitu "Bagaimana menggambarkan situasi lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit menggunakan Digital Elevation Model (DEM) dan Sistem Informasi Geogra_s (SIG) yang menggunakan Software Arc Gis 9.2".

1.4 Batasan permasalahan
Batasan masalah dari penulisan adalah :
1. Wilayah studi dari penulisan adalah Situs Kerajaan Majapahit. Situs yang dimaksud termasuk penggambaran saluran drainase pada masa Kerajaan Majapahit (kanal-kanal kuna).
2. Citra satelit yang digunakan SPOT 4 pada tahun 2008 dengan resolusi spasial 10 meter.
3. Peta yang digunakan adalah peta RBI, peta tata guna lahan, peta hidrologi daerah Trowulan-Mojokerto skala 1 : 25.000.
4. Pembuatan DEM daerah penelitian menggunakan aplikasi ekstensi 3D analyst pada software Arc Gis 9.2.
5. Analisa pengolahan meliputi analisa _sik (stratigra_ tanah yang menutupi situs Kerajaan Majapahit) dan non _sik (demogra_, sosial, budaya dan pemerintahan).

2 Metode penelitian 2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perangkat keras (Hardware)
(a) Personal Computer (PC) Intel Dual Core 1.66 GHz.
(b) Memori DDR 2-512MB.
(c) Hardisk 80 GB.
(d) VGA ATI 256 MB.
(e) Printer Canon iP1880.
(f) GPS Navigasi.

GPS Navigasi GARMIN eTrex Vista dengan spesi_kasi :
- 24 MB internal memory
- 12 parallel chanel GPS receiver
- Barometric Altimeter
- Electronic Compass

Gambar 1: GPS Navigasi Garmin

2. Perangkat Lunak (Software).
(a) Sistem Operasi Windows XP.
(b) Autodesk Land Desktop 2004.
(c) ArcGIS 9.2.
(d) Microsoft Word 2003.
(e) Microsoft Exel 2003.
(f) ER Mapper 7.0
(g) ArcView 3.3

2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Peta RBI Sooko dan Mojoagung dengan skala 1 : 25.000. Sumber Bakosurtanal.
2. Peta Tata Guna Lahan daerah Trowulan-Mojokerto. Sumber Badan Pertanahan Nasional.
3. Citra SPOT 4 daerah Trowulan-Mojokerto pada tahun 2008 dengan resolusi 10 meter (setelah dilakukan fusi). Sumber LAPAN.
4. Peta Hidrologi derah Trowulan-Mojokerto dengan skala 1: 25.000. Sumber Dinas Pengairan.

2.3 Metode penelitian
Metode penelitian yang akan dilaksanakan dalam kegiatan tugas akhir ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2: Diagram Alir Metodologi penelitian


Gambar 3: Diagram Alir Pengolahan Citra Satelit

2.4 Masalah
Pada tahap ini menentukan masalah yang akan di diselesaikan. Permasalahan yaitu menentukan situasi lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit menggunakan Digital Elevation Model (DEM) dengan Sistem Informasi Geogra_s (SIG) yang menggunakan Software Arc Gis 9.2.

2.5 Studi Literatur
Studi literatur mencakup pemecahan masalah meliputi studi literatur penggunaan aplikasi 3D analyst software Arc Gis 9.2, studi literatur pembuatan DEM dari data kontur, studi literature situasi lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit.

2.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa citra satelit SPOT 4, peta RBI, peta tata guna lahan, peta hidrologi dan data pendukung yang lain.

2.7 Pengolahan Data
Pengolahan kontur menghasilkan DEM. Hasil pengolahan citra satelit digabungankan dengan peta tata guna lahan dan peta hidrologi menghasilkan peta tutupan lahan situs Kerajaan Majapahit. Penggabungan peta tutupan lahan dan data-data non spasial menghasilkan peta situs Kerajaan Majapahit.

2.8 Analisa
Proses analisa citra dan peta analisa situasi lokasi yang diduga sebagai Ibu Kota Kerajaan Majapahit menggunakan Digital Elevation Model (DEM) dan Sistem Informasi Geogra_s (SIG) yang menggunakan Software Arc Gis 9.2.

3 Hasil dan pembahasan 3.1 Citra
Data citra satelit yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini adalah citra satelit SPOT 4 tahun 2008 dengan level 2A, maksudnya citra tersebut telah terkoreksi secara sistematik (sudah terkoreksi oleh satelit, dalam hal ini adalah posisinya), tetapi belum terkoreksi secara geometric sehingga harus dilakukan koreksi geometrik terlebih dahulu.

3.1.1 Desain Jaring
Desain jaring yang dibuat pada daerah studi


Gambar 4: Desain jaring titik

Jumlah Titik : 15 titik Jumlah Baseline : 34 baseline
N ukuran : Baseline x 3 = 34 x 3 = 102
N Parameter : Titik x 3 = 15 x 3 = 45
U = N ukuran - N Parameter = 102 - 45 = 57
Besar SoF = 0,8507

Perhitungan kekuatan jaring yang digunakan adalah metode perataan parameter. Hasil dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai yang diberikan (yaitu mendekati nol). Dalam hal ini semakin kecil bilangan faktor kekuatan jaring tersebut, maka akan semakin baik kon_gurasi jaringan yang bersangkutan, dan begitu pula sebaliknya (Abidin dkk, 2002). Desain jaring yang telah dibuat tersebut SoFnya dianggap kuat.

3.1.2 Koreksi Geometrik
Koreksi geometris yang dilakukan menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia daerah Sooko dan Mojoagung skala 1:25.000 yang sudah terkoreksi secara Geometris. Koreksi geometris yang dilakukan menggunakan GCP (titik kontrol tanah). Titik kontrol yang digunakan sebanyak 15 titik, dengan mengambil objek-objek yang mudah diamati dan sama antara peta RBI dengan citra. Titik-titik tersebut menyebar pada daerah studi agar diperoleh hasil koreksi geometris yang baik. Namun pada penelitian ini masih ada beberapa faktor yang mempengaruhu ketelitian koreksi geometris, yaitu :

1. Distribusi titik kontrol tanah (GCP) kurang menyebar pada seluruh citra.
2. Jumlah titik kontrol tanah (GCP) kurang banyak.
3. Kesalahan identi_kasi titik kontrol tanah (GCP) pada citra.
4. Kesalahan interpretasi koordinat pada peta acuan.

Datum yang digunakan adalah WGS 84, sedangkan sistem proyeksi yang digunakan Universal Transfer Mercator (UTM-49S). Dari proses yang telah dilakukan, dapat diketahui nilai pergeserannya seperti dapat dilihat pada Tabel 1 Daftar Koordinat (Lampiran).

Dari tabel tersebut nilai total RMS Error adalah 6,249 dengan nilai rata-rata RMS Error adalah 0,417. Lebih jelasnya mengenai RMS error bisa dilihat pada Lampiran B. Jensen (1986) dalam Syah (2004) memberikan batas kesalahan pada proses koreksi geometri guna mendeteksi tata guna lahan yaitu atau 1 pixel satu sama lain atau sekitar 10-20 meter (1 pixel = 20 meter). Bila nilai pergeseran titik lebih dari batas toleransi yang diberikan maka proses koreksi wajib diulang.
Proses transformasi citra satelit mempunyai kesalahan total (Total RMS error) titik-titiknya kurang dari 20 meter (1 pixel) sehingga bisa dianggap memenuhi syarat atau nilai toleransi yang diberikan.

3.1.3 Analisa
Uji Ketelitian Peta Tutupan Lahan Perhitungan MA (%) dari tabel adalah :
1. MA Sawah vegetatif = 81,4
2. MA Sawah berair = 68,9
3. MA Sawah Kering = 75,5
4. MA Pemukiman = 78,5
5. MA Kebun campuran = 64,7
6. MA Badan air = 75
7. MA Lahan kosong = 74,1
8. MA Hutan sejenis = 79.7

Ketelitian hasil interpretasi= 85,3 %
Hasil yang diperoleh dari proses perhitungan di atas sesuai dengan nilai yang di berikan, yaitu = 80 % (Anderson dalam Febrianto 2006), maka klasi_kasi tersebut dianggap benar.

Gambar 5: Peta Tutupan Lahan Situs Kerajaan Majapahit

3.1.4 Digital Elevation Model (DEM)
Pembuatan DEM dapat dilakukan dengan ekstensi 3D Analyst pada software ArcGis 9.2, karena 3D Analyst digunakan untuk melakukan analisa yang berkaitan dengan ketinggian. Dalam pembuatan DEM memerlukan data ketinggian. Data ketinggian tersebut salah satunya dari kontur, studi ini menggunakan data kontur peta RBI Sooko dan Mojoagung. Untuk mendapatkan kontur tersebut dilakukan digitasi pada peta RBI. Setelah berupa kontur, dimasukkan dalam software ArcGis 9.2 untuk melakukan pembuatan DEM. Setelah terbentuk, bisa membuat kelas ketinggiannya supaya lebih mudah dalam memahami ketinggian pada daerah studi (Ibu KotaKerajaan Majapahit).

3.1.5 Analisa DEM
Daerah yang diduga Ibu Kota Kerajaan Majapahit sebagian besar berada pada daerah yang memiliki ketinggian yang relatif datar (bisa dilihat dari DEM yang terbentuk) yaitu dengan perbedaan tinggi 25 meter sampai 65 meter, kecuali pada situs Tugu Umpak Jabung yang berada pada daerah pegunungan. Pada daerah Tugu Umpak Jabung ketinnggiannya mencapai 184 meter. Hal ini dapat dilihat dari DEM yang tampak pada daerah Tugu Umpak Jabung yang memiliki topogra_ berbukit.

Gambar 6: DEM Situs Kerajaan Majapahit

3.1.6 Sistem Informasi Geogra_s
Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisa situs Kerajaan Majapahit. SIG memudahkan kita dalam mencari, menyimpan, melakukan editing dan updating data mengenai situs-situs Kerajaan Majapahit. SIG juga bisa menyajikan data-data dengan tampilan yang lebih menarik.

Sistem informasi geografis yang dibuat dalam studi ini menggunakan peta dasar peta tutupan lahan yang telah dibuat. Peta tutupan lahan dipanggil ke dalam software ArcGis 9.2 karena dalam pembuatan peta tutupan lahan menggunakan software ArcView 3.3. Kemudian mema sukkan hasil digitasi jalan yang telah dibuat dalam format shp, sehingga bisa dimasukkan ke dalam software ArcGis 9.2. Pada proses selanjutnya memasukkan data-data non spasial (keterangan dan foto) mengenai situs-situs yang ada pada daerah studi yang diyakini sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit. Dari SIG ini dapat dibuat sebuah layout dengan hasilnya adalah peta situs Kerajaan Majapahit.


Gambar 7: Peta Situs Kerajaan Majapahit

Sistem informasi geogra_s ini akan menampilkan foto dan keterangan mengenai situs yang ada pada lingkup daerah studi serta Pusat Informasi Majapahit. SIG ini juga menampilkan kanal-kanal yang ada pada masa Majapahit.

Pusat Informasi Majapahit (PIM) adalah sebuah museum yang digunakan untuk menyimpan benda-benda cagar budaya yang diketemukan pada sekitar daerah yang diduga sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit. Benda-benda tersebut dipindah ke PIM adalah untuk penyelamatan benda-benda yang merupakan cagar budaya.

Situs-situs yang ada pada daerah studi ada 22 antara lain :
1. Lingga Semu (Tugu Badas).
2. Yoni Naga (Tugu Klinterejo).
3. Yoni Gambar (Tugu Sedah).
4. Tugu Lebak Jabung (Jabung).
5. Gapura Wringin Lawang.
6. Candi Gentong.
7. Candi Brahu.
8. Sitinggil.
9. Kolam Segaran.
10. Balong Dowo.
11. Makam Putri Campa.
12. Candi Minakjinggo.
13. Gapura Bajangratu.
14. Candi Tikus.
15. Situs Pendopo Agung.
16. Candi Kedaton.
17. Sumur Upas.
18. Lantai Segi Enam.
19. Umpak 18.
20. Makam Troloyo.
21. Umpak Grobokan.
22. Pusat Informasi Majapahit

Contoh tampilan SIG yang dibuat sebagai berikut, yaitu foto situs Gapura Bajangratu dan keterangannya.


Gambar 8: Gapura Bajangratu

Keterangan:
Gapura Bajangratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dilihat dari bentuknya gapura ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe Paduraksa yaitu gapura ini memiliki atap. Bahan utamanya adalah bata. Kecuali lantai, tangga serta ambang pintu yang dibuat dari batu andesit. Denah bangunan berbentuk segi empat berukuran 11,5 X 10,5 meter, tingginya 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal Gapura Bajangratu menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan atap.

Masa pendirian gapura ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief Ramayana, relief binatang bertelinga panjang, dan relief naga jadi bisa diperkirakan Gapura Bajangratu berasal dari abad XIII-XIV. Sejak didirikan, gapura ini pernah dilakukan usaha pemugaran pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1915. Pada tahun 1989 Gapura Bajangratu mulai dipugar dan selesai tahun 1992.

3.2 Analisis Sistem Informasi Geografis
Pada situs-situs ini akan ditampilkan foto beserta keterangannya agar memudahkan pengunjung atau wisatawan yang ingin mengetahui situs-situs Kerajaan Majapahit tanpa harus mengunjungi situs tersebut satu-per satu. Pemilihan simbol situs menggunakan simbol seperti ini ( ) akan memudahkan pengguna SIG situs Kerajaan Majapahit dalam mengakses informasi karena gambar simbol ini secara tidak langsung menggambarkan adanya suatu situs dan mudah dan cepat dimengerti/dipahami oleh pengguna.

3.3 Analisa Stratigrafis
Stratigrafis dalam arkeologi adalah evaluasi yang menggambarkan secara proses juga urutan waktunya dan deposit (perubahan kedudukan benda dari benda yg masih terpakai menjadi tidak terpakai/benda arkeologi) dalam pengamatan disebut strata (tingkatan tanah/lapisan tanah) (Robert J. Sharer dan Wendy Ashmore,1979).


Gambar 9: Stratigra_ Candi Minakjinggo

Keterangan :
a : Tanah + pecahan bata merah
b : Tanah + pecahan batu putih
c : Tanah kecoklatan

Gambar 10: Stratigra_ Candi Gentong


Gambar 11: Stratigra_ Candi Kedaton

Keterangan :
a : Tanah coklat + pecahan bata merah + kerikil
b : Tanah coklat + pasir + pecahan bata merah
c : Tanah coklat + pasir d : Serbuk bata merah + kerikil + pasir
e : Tanah padas + bubukan bata merah
f : Tanah padas + kerikil + pasi


Gambar 12: Stratigra_ Lantai Segi Enam


Gambar 13: Stratigra_ Luar Umpak 18

3.4 Analisa Lokasi Situs Trowulan
Situs Trowulan berada pada ujung kipas alluvio vulkanic Jatirejo (alluvial yang terjadi akibat dibawa oleh arus sungai yang berada di puncak gunung) yang terbentuk dari material berupa batu, pasir, dan tanah yang berasal dari Gunung Welirang dan Anjasmoro. Tanahnya subur tetapi di musim kering mengalami kekurangan air. Hal ini disebabkan oleh tanah yang tidak bias menyimpan air hujan. Dari sini tidak menutup kemungkinan kalau kanal Majapahit digunakan sebagai sarana irigasi.


Gambar 14: Stratigra_ Umpak 18

3.5 Analisa Demogra_, Sosial, Budaya dan Pemerintahan 3.5.1 Perekonomian Pada Masa Majapahit
Tidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang produktif. Kondisi geogra_s Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai sebuah perkotaan, tetapi juga mengindisikan sebagai sebuah perkotaan yang agraris. Untuk mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah dab arkeologis dapat diketahui pula bahwa laju pertumbuhan ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jaringan perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-yai Sheng-lan disebutkan ada beberapa kota pelabuhan yang berada dalam kekuasaan Majapahit yaitu : Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan tersebut telah dikunjungi oleh pedagang-padagang dari Arab, Persia, Turki, India, dan Cina.

Bukti dari perekonomian Majapahit dapat diamati dengan diketemukannya beberapa tinggalan arkeologis dari luar seperti keramik porselen dari Cina, yang sebagian besar berasal dari Dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan keramik Thailand. Selain itu Majapahit juga menggunakan mata uang dalam jual beli. Jenis mata uang ini antara lain uang local seperti uang gobong, dan uang ma dari perak atau emas. Kepeng dari Cina dari Dinasti Tang, Song, Ming, dan Qing juga berlaku di Majapahit.

3.5.2 Religi dan Kesusasteraan
Kehidupan religius pada masa Majapahit telah memberikan andil yang besar dalam perkembangan peradaban manusia Majapahit. Semuanya itu terekam dan tersurat dalam karya-karya sastra yang sangat indah dan bermutu di antaranya seperti Kakawin Nagarakretagama, Arjunawiwaha, Sutasoma, Ludhaka, Writasancaya, dan Kunjarakarna.
3.5.3 Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit
Keagungan karya arsitektural masa Majapahit yang dapat disaksikan kini tidak lain merupakan cerminan dari kemampuan mewujudkan simbol dan spirit religius dewa-raja melalui perpaduan keunggulan teknologi rancang bangun dan kesenian. Sosoknya hadir dalam percandian yang dipersembahkan sebagai pendharmaan bagi raja, titisan Sang Dewa, yang mangkat.

3.5.4 Peraturan Pada Masa Majapahit
Untuk mengatur kehidupan rakyatnya, Kerajaan Majapahit telah memiliki sejumlah peraturan yang terkumpul dalam kitab perundang-undangan. Kitab tersebut berisi baik tetang hukum pidana maupun hukum perdata. Peraturan tersebut berlaku bagi setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 Kitab Agama yang berbunyi: Hamba raja mesti ia metri sekalipun jika menjalankan dusta, corah dan tatayi akan dikenakan pidana pati. Selain itu, menurut kitab perundang-undangan Majapahit pasal 259 dan 261 berbunyi barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati

3.5.5 Struktur Pemerintahan
Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap. Raja mempunyai banyak pembantu sebagai pelaksana. Hierarrkhi pemerintahan Kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut :

1. Raja; merupakan pemegang pucuk pimpinan kerajaan.
2. Yuwaraya/Kumararaja; jabatan yang diduduki putra/putri raja.
3. Rakyan Mahamantri Kartini; dewan yang bertugas melaksanakan politik Negara.
4. Rakyan Mahamantri Pakiran-kiran; dewan ini juga melaksa nakan politik Negara.
5. Dharmadyaksa; merupakan kepala bidang agama.
6. Dharmopapati; merupakan dewan yang juga mengurusi keagamaan.

4 Kesimpulan dan saran 4.1 Kesimpulan
Dari penelitian terhadap situs Kerajaan Majapahit dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisa situs Kerajaan Majapahit. SIG memudahkan kita dalam mencari, menyimpan, melakukan editing dan updating data mengenai situs-situs Kerajaan Majapahit. SIG juga bisa menyajikan data-data dengan tampilan yang lebih menarik.

2. Peta tutupan lahan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah satu data penting dalam pengembangan situs Kerajaan Majapahit. Sedangkan peta situs Kerajaan Majapahit lebih memberikan informasi mengenai sebaran situs yang ada.

3. Daerah yang diduga Ibu Kota Kerajaan Majapahit sebagian besar berada pada daerah yang memiliki ketinggian yang relatif datar (bisa dilihat dari peta DEM yang terbentuk) yaitu dengan ketinggian 25 meter sampai 65 meter, kecuali pada situs Tugu Umpak Jabung yang berada pada daerah pegunungan dengan ketinnggiannya mencapai 184 meter.

4. Dalam penggunaan software ArcGis 9.2 pembuatan peta situs Kerajaan Majapahit dapat dilakukan dengan lebih mudah dan tampilan menarik.

4.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan citra yang memiliki resolusi yang lebih baik, sehingga akan dihasilkan analisa yang lebih detail lagi mengenai situs Kerajaan Majapahit.
2. Kanal-kanal yang ada pada masa Majapahit bisa dikaji lebih dalam, kemungkinan kanal-kanal tersebut dapat dipergunakan sebagai sarana irigasi dan daerah retensi air hujan untuk daerah Trowulan pada khususnya.

Daftar pustaka
Acharya, Prasanna K, 1927, Indian Archetecture to Manasara-Silpasastra, New Delhi: Indian India, Indological Publisher.

Andi, 2002. Sistem Informasi Geogra_ dengan AutoCad Map. Wahana Komputer, Yogyakarta.

Atang, Ramadhany. 2007, Analisa Perbandingan Penggunaan Software Autodesk Land Desktop
2004 Dengan Terramodel 9.6 Untuk Pengolahan Data Topogra_. Program Studi Teknik Geodesi ITS. Surabaya.

Bondan Hermanislamet, 1996, Tata Ruang Kota Majapahit : Analisis Keruangan Bekas Pusat Kerajaan Hinddhu Jawa Abad XIV di Trowulan, Jawa Timur, Disertasi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Brandes,J L.A, 1909, Beschrijving Tjandi Singasari, Archaeologisch Onderzoek op Java en Madura II, Batavia: S-Gravenhage Martinus Nijho_.

Hardaningrum, Farida. 2005, Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geogra_s Untuk Analisa Limpasan Dan Genangan Air Hujan Di Kabupaten Sidoarjo . Program Studi Magister Teknik Sipil Bidang Keahlian Penginderaan Jauh ITS. Surabaya

Mundardjito, 1995, Kajian Kawasan : Pendekatan Strategis dalam Penelitian Arkeologi di Indonesia Dewasa Ini, Makalah disajikan dalam Seminar Manusia Dalam Ruang: Studi Kawasan dalam Arkeologi, Yogyakarta 15-16 Maret 1995.

Satar, Musnanda. 2004, Modul ArcCatalog, . Di kunjungi pada tanggal 31 Maret 2008, jam 18.43.
Sulistyowati, Rini. 2006, Analisa Penentuan Lokasi Base Transceiver Station Dengan Sistem Informasi Geogra_s. Program Studi Teknik Geodesi ITS. Surabaya.

Sumadio, Bambang, 1993, Jaman Kuno, Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta: Balai Pustaka

Lillesand, Thomas M dkk, 2004, Remote Sensing and Image Interpretation, Wiley: United States of America

Padmapuspita, Ki J, 1996, Pararaton : Teks Bahasa Kawi terjemahan Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Taman Siswa.

Prahasta, Edy. 2002, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geogra_s. CV Informatika. Bandung.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geogra_s. Bandung : INFORMATIKA.

Purwadhi, F. Sri Hardiyanti, 2001, Interpretasi Citra Digital. PT. Gramedia: Jakarta. Satellite Imaging Corporation, Digital Elevation Model, . Di kunjungi pada tanggal 12 Mei 2008, jam 20.00.

Sharer and Ashmore, 1979, Fundamental of Archeology, The Benjamin/Cummings Publishing Company, Menlo Park : California.

Slamet Mulyono, 1979, Nagarakrertagama dan Tafsir Sejarahnya, Bhratara Karya Aksara : Jakarta

SPIE., April, 2008. Archeologists use remote sensing to decode past. http://www.spie.org/2000/yvonee@nasw.org.

Penulis:
Rudi Firman Setyawana, Bangun Muljo Sukojo
Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS, Sukolilo, Surabaya
Andie Setiyoko dan Yanto B.
Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta

Sumber tulisan:
PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008
http://www.wacananusantara.org/2/366/analisis-situs-kerajaan-majapahit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar