Rabu, 17 Maret 2010

Kultus Ketokohan: 7 Satria Ronggowarsito

Ramalan 7 Satria Ronggowarsito dan Telaahnya pada Kultus Ketokohan: Sebuah Bingkisan Sejarah, untuk Pemilu 2009

Bangsa Indonesia sepertinya belum bisa lepas dari pemimpin yang berdasarkan atas figur atau ketokohan. Generalisasi ini sesungguhnya terbentuk dari banyaknya bukti yang menyatakan akan munculnya tokoh-tokoh yang diidamkan dan dipercaya akan membawa sebuah perubahan besar di negeri ini. Penantian akan datangnya satria piniggit, bocah angon, hingga ratu adil merupakan gambaran umum dari penilaian publik Indonesia akan sosok dari figur tertentu yang akan tiba pada masanya.

Gagasan "dewa-raja" yang pada masa kerajaan-kerajaan dikenal baik ternyata bukan berlaku di Indonesia saja. Cina (RRC) yang notabenenya menjadi negara komunis (ala Cina), dalam catatan sejarahnya, mengemukakan gagasan akan adanya Tianzi "Putra Langit” yang terdapat dalam konsep zhōngguó. Konsep zhōngguó, merupakan sebuah konsep lingkaran di mana yang menjadi inti kehidupan (tengah lingkaran) ditempati oleh Tianzi (Putra Langit); dua lingkaran di luarnya adalah para pejabat. Lingkaran terluar adalah negara-negara vasal. Di luar tersebut adalah "di luar peradaban", tempat tinggal bangsa. Bahkan, pemimpin selanjutnya, Mao Zi Dong (Mao Tse Tung) mencoba menerapkan konsep ketokohan yang menjadikan dirinya sebagi tokoh sentral yang utama di kalangan rakyatnya. Hal ini berjalan dengan baik karena rakyat Cina sebelumnya telah terbiasa akan gagasan figur tersebut.
Contoh lain adalah ketika munculnya seorang Muhammad (digambarkan sebagai tokoh yang dinanti dan dijanjikan sebelumnya), kemudian Fidel Kastro di Kuba, atau di Kekaisaran Jepang dan negara-negara Asia lainnya yang menunjukan kepemimpinan dari seorang indivudu, seolah-olah membenarkan generalisasi sejalan dalam konsep ketokohan di mana pemimpin lebih dilihat dari figurnya. Hal terebut di atas sedikitnya memberi gambaran mengenai bentuk ketokohan sebagai alat "legitimasi" penguasa yang diperlihatkan kepada rakyatnya agar diakui dan mendapatkan tempat tersendiri.

Fenomena menarik ini berkembang menjadi sebuah keumuman yang terbentuk secara sendirinya di dunia timur. Bahkan, kultus ketokohan menjadi semacam acuan yang tidak bisa dilepaskan hingga dapat digunakan untuk penyandang nama selanjutnya (keturunan). Jika kita telaah lebih lanjut akan hal ini, maka garis yang menjembatani pemikiran akan figur sesungguhnya telah jauh terbentuk lama, yaitu pada masa kerajan-kerajaan masih berjaya. Dengan kata lain, simpulannya adalah bangsa timur tidak bisa terlepas dari sistem monarki yang seolah-olah sudah mendarah daging, termasuk Indonesia.

Dibawah ini ada telaah mengenai "Ramalan 7 Satria Ronggowarsito" yang dilakukan oleh Bapak Nurahman (http://nurahmad.wordpress.com/wasiat-nusantara/ramalan-7-satria-ronggowarsito/). Tanpa bermaksud apa-apa, penulis mencoba memberikan sebuah gambaran dari kajian yang telah di lakukan oleh Bapak Nurahman, mengenai 7 Satrio Ronggowarsito beserta tokoh-tokoh yang menurut beliau telah memenuhi kriteria yang digambarkan.

Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” Kerajaan Majapahit , yaitu: Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ketujuh Satrio Piningit itu sebagai berikut.

1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro
Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (murwo kuncoro).

Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama, berkuasa tahun 1945-1967.

2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar
Tokoh pemimpin yang beharta dunia (mukti) juga berwibawa/ditakuti (wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan dan selalu dikaitkan dengan segala keburukan/kesalahan (kesandung kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti, berkuasa tahun 1967-1998.

3. Satrio Jinumput Sumela Atur
Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (sumela atur).

Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai B.J. Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia, berkuasa tahun 1998-1999.

4. Satrio Lelono Tapa Ngrame
Tokoh pemimpin yang suka mengembara/keliling dunia (lelono) akan tetapi juga seseorang yang memunyai tingkat kejiwaan religius yang cukup/rohaniawan (tapa ngrame).

Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai K.H. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia, berkuasa tahun 1999-2000.

5. Satrion Pininggit Hamong Tuwuh
Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (hamong tuwuh).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia, berkuasa tahun 2000-2004.

6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro
Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (boyong) dari menteri menjadi presiden, dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya Zaman Keemasan (pambukaning gapuro).

Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu menyinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkisme seiring prahara yang terus terjadi, akan memandulkan kebijakan yang diambil.

7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu
Tokoh pemimpin yang amat religius, sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang resi-begawan (pinandito) yang akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Tuhan (sinisihan wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Tokoh yang dimaksud ini adalah ….

Pembahasan dalam artikel Bapak Nurahman cukup menarik ketika rentetan nama-nama yang muncul merupakan nama-nama yang menjadi dan pernah menjabat sebagai presiden (memimpin negeri ini). Jika kita telaah lebih lanjut, ramalan ini sesungguhnya adalah sebuah rangkain dari figur-figur yang dididamkan dan harus tercakupi oleh seorang pemimpin dan juga bisa bermaksud sosok-sosok yang ideal untuk memipin. Dengan kata lain, pemimpin setidaknya harus memenuhi 7 kriteria tersebut di atas.

Artikel ini, baik judul maupun kandungan yang termaktub di dalamnya, hanyalah sebuah gambaran akan budaya warisan bangsa Indonesia, tanpa bertujuan lain. Kami hanya ingin memberikan sebuah paparan ringan mengenai khasanah budaya yang ada di negara kita, dan barang kali dapat menjadi sebuah bingkisan sejarah untuk Pemilu 2009.

Sumber :
http://www.wacananusantara.org/99/343/kultus-ketokohan:-7-satria-ronggowarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar